Jumat, 17 November 2023

RATU KALINYAMAT PAHLAWAN NASIONAL

Sejarah Singkat
Nama asli Ratu Kalinyamat adalah Retna Kencana, puteri Sultan Trenggono, raja Demak (1521-1546). Pada usia remaja ia dinikahkan dengan Pangeran Kalinyamat.

Pangeran Kalinyamat berasal dari luar Jawa. Terdapat berbagai versi tentang asal-usulnya. Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang saudagar Tiongkok yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada Sunan Kudus.

Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari Aceh. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putera Sultan Mughayat Syah raja Aceh (1514-1528). Toyib berkelana ke Tiongkok dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang adalah ejaan Jawa untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.

Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke Jawa. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan Kalinyamatan, sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana putri Sultan Demak, sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri. Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara.

Kiprah kepahlawanan
Jepara sempat berada dalam kondisi yang terbengkelai seusai peperangan dengan Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat memulihkan keadaan Jepara dengan konsolidasi di bidang ekonomi. Pada masa pemerintahan sang ratu, Jepara mengalami kemajuan pesat di bidang perdagangan. Ia menjalin hubungan baik dengan pedagang-pedagang di kota-kota pelabuhan seperti Cirebon, Banten, Demak, dan Tuban. Jepara juga menjalin hubungan kerja sama dengan pasar internasional Malaka. Letak geografis Jepara menjadikan daerah tersebut sebagai titik pertemuan antara perdagangan dunia daratan (Pati, Jepara, Juana, dan Rembang) dan dunia lautan yang terdiri dari jalur perdagangan daerah sekitar pelabuhan dan seberang laut. 

Dengan kondisi maritim Jepara yang kuat, Ratu Kalinyamat memiliki pengaruh yang besar di Pulau Jawa. Salah satu bukti tersohornya Ratu Kalinyamat adalah permintaan Raja Johor untuk ikur mengusir Portugis dari Malaka pada abad ke-16. Ratu Kalinyamat kemudian mengirimkan 200 kapal armada, 40 di antaranya berasal dari Jepara. Satu kapal berisi empat-lima ribu perajurit dan dipimpin oleh seorang Sang Adipati.

Topo wudo
Saat terjadi kisruh perebutan kekuasaan di Kesultanan Demak, Ratu Kalinyamat sangat ingin mengalahkan Arya Penangsang yang telah membunuh ayah, saudara, dan suaminya. Salah satu cara yang dilakukan Ratu Kalinyamat adalah dengan melakukan Topo Wudo di gunug Danaraja. Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan ia mertapa wewuda wonten ing redi Danaraja. Tindakan ini ia lakukan untuk memohon keadilan Tuhan dan memiliki sesanti bahwa ia baru akan turun dan menyudahi pertapaannya jika Arya Penangsang telah terbunuh. Namun, Topo Wudo tidak dapat dimaknai secara harfiah saja. Wudo dalam bahasa Jawa berarti telanjang. 

Dalam Ratu Kalinyamat Sejarah atau Mitos (2019) Sulistiyanto mengungkapkan bahwa sangat tidak mungkin dalam budaya Jawa yang lekat dengan nilai moralitas, seorang ratu tidak mengenakan busana. Topo Wudo adalah simbol yang berarti sang ratu melakukan proses penyucian diri dengan meninggalkan keduniawian, perhiasan dan atribut seorang ratu, serta gemerlap istana dengan menjadi seorang pertapa. Topo Wudo adalah pasemon (bahasa pelambang) yang menjadi kebiasaan orang Jawa dalam mengemukakan sesuatu. Ratu Kalinyamat diperkirakan meninggal dunia pada tahun 1579. Sosoknya menunjukkan bahwa seorang perempuan juga mampu memimpin hingga mengantarkan wilayah kekuasaannya kepada masa kejayaan. Tak ayal, gelar Pahlawan Nasional tentu pantas disematkan pada sosok perempuan pemimpin Jepara ini.

Gelar pahlawan
Ratu Kalinyamat, pahlawan asal Jepara resmi bergelar pahlawan nasional. Penganugerahan gelar tersebut diterima oleh Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, di Istana Negara, Jumat (10/11/2023).

Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH-2023 Tanggal 6 November 2023, tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, yang menyatakan Ratu Kalinyamat diberikan gelar pahlawan nasional, sebagai penghargaan dan penghormatan yang tinggi atas jasa-jasanya yang luar biasa.

Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta, mengungkapkan rasa bangganya atas penobatan Ratu Kalinyamat sebagai pahalwan nasional. “Akhirnya peran Ratu Kalinyamat dalam melawan kolonialisme diakui oleh pemerintah pusat. Ini tentu sangat membanggakan Jepara dan sekaligus menjadi motivasi yang bernilai bagi masyarakat dalam membangun Jepara,” ujar Edy.

Menurutnya, penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Ratu Kalinyamat yang menjadi pemimpin Jepara pada 1549-1579 semakin meneguhkan posisi dan peran Jepara dalam pembangunan bangsa ini.


Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Kalinyamat
 https://jatengprov.go.id/beritadaerah/ratu-kalinyamat-asal-jepara-ditetapkan-sebagai-pahlawan-nasional/
https://www.nu.or.id/nasional/profil-ratu-kalinyamat-pahlawan-nasional-asal-jepara-qDFCz





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN (LDK)

PENGERTIAN DAN PERAN KEPEMIMPINAN Kepemimpian berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunju...