Senin, 28 Agustus 2023

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Pengajaran dalam kurikulum 2013 dijalankan berdasarkan pendekatan ilmiah (scientific approach), sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 103 tahun 2014. Pendekatan ini merupakan bagian integral dari pendekatan pedagogis dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk menerapkan metode ilmiah. Metode ilmiah merangkum serangkaian langkah, mulai dari mengumpulkan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data tersebut, menganalisisnya, kemudian merumuskan dan menguji hipotesis. Menurut Nusfiqon & Nurdyansyah (2015:51), pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya memfokuskan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen, tetapi juga mengutamakan penguatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam berinovasi dan berkarya. Pendekatan ilmiah memungkinkan perkembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Secara umum, proses pembelajaran dilakukan melalui tahap pendahuluan, inti materi, dan penutup.

Dalam pendekatan saintifik, tahap awal melibatkan kegiatan pendahuluan yang bertujuan untuk mengokohkan pemahaman peserta didik terhadap pengetahuan dasar yang telah dikuasai, diikuti dengan pengungkapan tujuan pembelajaran yang merangsang minat pengetahuan. Minat tersebut menjadi fondasi yang kuat bagi proses pembelajaran inti. Pada tahap inti, peserta didik terlibat dalam proses belajar dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk memastikan bahwa pembelajaran inti memiliki arah dan makna, pendidik harus merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara terstruktur sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dalam kerangka tersebut, peserta didik diarahkan dan dibimbing untuk membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui observasi, pengajuan pertanyaan, penalaran, percobaan, dan komunikasi. Pada tahap penutup, siswa diarahkan untuk menguji keabsahan temuan mereka dan memperkaya materi yang telah dipelajari. Sani (2017:53) menjelaskan lima tahapan pendekatan saintifik yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, yakni (1) observasi; (2) pengajuan pertanyaan; (3) eksperimen/pengumpulan informasi; (4) penalaran/asosiasi; (5) dan pembentukan jaringan/komunikasi. Tahapan-tahapan ini dapat ditambahkan dengan elemen penciptaan. Walaupun tahapan pendekatan saintifik tidak harus dilaksanakan secara berurutan, ia dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan diakui. Di bawah ini disajikan uraian mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik (diadaptasi dari Sufairoh, 2016:121-122).

1. Mengamati, adalah aktivitas mengenali suatu objek dengan menggunakan indera seperti penglihatan (membaca, mendengarkan), penciuman, pendengaran, pengecapan, dan perabaan. Pengamatan ini dapat terjadi baik dengan atau tanpa alat bantu, dengan tujuan agar siswa mampu mengenali suatu permasalahan.

2. Menanya, adalah aktivitas menyuarakan suatu hal yang ingin dipahaminya, entah itu terkait dengan suatu objek, peristiwa, atau proses tertentu. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan atau tertulis, dan bisa berbentuk pertanyaan langsung atau dugaan hipotesis. Ini bertujuan agar siswa mampu merumuskan permasalahan dan hipotesis.

3. Mengumpulkan data, merupakan kegiatan mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca buku, observasi lapangan, uji coba, wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain, sehingga siswa dapat menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.

4. Mengasosiasi, merupakan proses mengelaborasi data melalui serangkaian tindakan fisik dan mental dengan dukungan alat bantu khusus. Pengelaborasian data dapat mencakup tindakan seperti menggolongkan, menyusun berurutan, melakukan perhitungan, mempartisi, dan menyusun informasi ke dalam format yang lebih informatif. Selain itu, juga melibatkan identifikasi sumber data agar menghasilkan makna yang lebih signifikan. Bentuk dari pengelaborasian data dapat berupa tabel, grafik, diagram, peta konsep, operasi perhitungan, dan proses pemodelan. Setelah itu, siswa melakukan analisis terhadap data untuk membandingkan atau menemukan keterkaitan antara data yang telah dielaborasi dengan teori yang ada. Hal ini bertujuan untuk mencapai kesimpulan yang relevan.

5. Mengkomunikasikan, merupakan tindakan siswa dalam menjelaskan dan mengkomunikasikan hasil penemuan mereka dari proses pengamatan, pemberian pertanyaan, pengumpulan dan pengolahan data, serta pembentukan hubungan yang ditujukan kepada audiens lain, baik melalui ucapan maupun tulisan, yang dapat diwujudkan dalam bentuk diagram, grafik, gambar, dan bentuk visual lainnya, dengan bantuan peralatan teknologi yang sederhana atau teknologi informasi dan komunikasi.

Pendekatan ilmiah itu sendiri merujuk pada suatu metode atau langkah-langkah teratur yang diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah. Pendekatan ini berdasarkan pada pengamatan indera dan melibatkan pengujian hipotesis serta teori dalam pengaturan yang terkendali (Sudarminta, 2002: 164). Melalui penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ilmiah, akan dihasilkan hasil belajar (siswa) dengan kemampuan intelektual dan karakter yang positif.

Pendekatan ilmiah yang berakar pada pemahaman konstruktivis, menitikberatkan pada siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered learning), serta fokus pada kerja kelompok, diharapkan dapat mengoptimalkan proses belajar dan hasil akhir siswa. Beberapa contoh model pembelajaran yang berpegang pada pendekatan ilmiah ini meliputi model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran lainnya.

*Lebih lanjut secara teknis dapat memahami model-model pembelajaran ilmiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN (LDK)

PENGERTIAN DAN PERAN KEPEMIMPINAN Kepemimpian berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunju...