Sabtu, 22 April 2017

Ratu Kalinyamat Putri Asli Jepara (sudut pandang)


Ratu Kalinyamat
Sudut pandang pemaknaan "Tapa Wuda/Tapa Telanjang"

Kisah tentang Ratu Kalinyamat melakukan "Tapa Wuda" atau bertapa dengan cara telanjang tentu sudah banyak kita dengar karena selain kisah itu diceritakan dalam naskah babad, cerita inipun sangat dikenal dikalangan masyarakat banyak.
Kisah tentang Ratu Kalinyamat yang melakukan Tapa Wuda Bersinjang Rikma (bertapa telanjang dan hanya menutupi dirinya dengan rambut panjangnya) ini disebabkan oleh perasaan kecewa dan dendam dari Ratu Kalinyamat atas pembunuhan terhadap Kakandanya, Sunan Prawata yang saat itu menjadi Sultan Demak dan juga pembunuhan terhadap suaminya, Pangeran Hadiri.
Ratu Kalinyamat beranggapan bahwa Adipati Djipang, Arya Penangsang lah yang seharusnya bertanggung jawab atas peristiwa pembunuhan pembunuhan tersebut.
"Benarkah Ratu Kalinyamat telah melakukan Tapa Wuda ?"
Kenapa kita tidak memaknai kisah itu dengan pengertian yang lain. Mungkin Ratu Kalinyamat memang telah didera perasaan kecewa dan dendam atas terbunuhnya kakanda dan suaminya sehingga Ratu Kalinyamat telah memutuskan untuk bertapa, "Mengasingkan diri".
Sedang ungkapan Wuda / Telanjang mungkin saja mempunyai makna bahwa Ratu Kalinyamat ingin menelanjangi diri atau melepaskan diri dari segala kebesaran dan simbol simbol kebangsawanannya mengingat Ratu Kalinyamat adalah putri dari Sultan Trenggana dan juga sebagai penguasa di wilayah Kalinyamatan.

Dengan cara mengasingkan diri serta melepaskan segala simbol kebesarannya inilah mungkin Ratu Kalinyamat ingin menunjukan keprihatinannya atas peristiwa yang terjadi sekaligus sebagai bentuk protesnya atas ketidak adilan yang diterimanya.
Terasa aneh rasanya kalau Ratu Kalinyamat yang seorang bangsawan dan juga sorang muslim yang sholehah bahkan suaminyapun, Pangeran Hadiri adalah muslim yang taat yang konon merupakan keturunan bangsawan sekaligus ulama dari Aceh telah memilih untuk melakukan tapa telanjang, ... telanjang dalam arti sesungguhnya.

Selebihnya Ratu Kalinyamat adalah sosok wanita perkasa serta seorang pemimpin yang cakap dalam memajukan wilayah kekuasaannya.
Dimasa pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara sangatlah maju secara perekonomian sehingga Jepara mampu mensejahteraan rakyatnya. Kemajuan perekonomian Jepara tak terlepas dari kecakapan Ratu Kalinyamat dalam mengembangkan dan memajukan pelabuhan Jepara sebagai salah satu pelabuhan laut yang besar dan ramai di wilayah pesisir utara karena pelabuhan Jepara banyak disinggahi oleh kapal kapal para pedagang.

Dalam hal kekuatan pasukannya, Jepara dibawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat ternyata mampu membangun sebuah kekuatan pasukan yang melegenda. Bahkan Ratu Kalinyamat sendiri adalah seorang pemimpin wanita yang mempunyai keberanian yang mengagumkan serta tak kalah dari para penguasa/Adipati wilayah lainnya.

Hal ini dibuktikan bahwa Jepara dibawah kendali Ratu Kalinyamat pernah dua kali mengirimkan armada perangnya dalam jumlah yang besar untuk berperang melawan Portugis yang dalam hal ini Ratu Kalinyamat menganganggap bahwa Portugis adalah satu kekuatan yang dapat mengancam kedaulatan wilayah Jepara dan wilayah nusantara lainnya.
Pengiriman armada Jepara yang pertama adalah saat Ratu Kalinyamat mengirimkan pasukannya membantu Kasultanan Johor dan yang kedua adalah membantu Kasultanan Aceh. Memang kedua pengiriman armada perang Jepara ini tidaklah berhasil atau gagal, tapi setidaknya itu menunjukan betapa berkuasanya dan betapa pemberaninya Ratu Kalinyamat dalam menghadapi pasukan asing yang dianggap akan menguasai wilayah nusantara.
Portugis sendiri pada masa itu memang tengah gencar melakukan ekspansinya ke seluruh pelosok semenanjung Asia tak terkecuali ke wilayah Nusantara.

Oleh keberaniannya inilah, pengelana sekaligus sejarawan Portugis, De Couto dalam bukunya "De Asia" telah menjuluki Ratu Kalinyamat dengan "Reinha De Jepara, Senhora Panderosa a Rica" (Ratu Jepara, seorang Perempuan yang Kaya dan berkuasa), dan bahkan catatan pemerintah Portugis Ratu Kalinyamat digelari sebagai "De Kranige Dame" (Seorang Perempuan Pemberani).

Oleh catatan itulah, terlepas dari persoalan tentang kisah Ratu Kalinyamat yang melakukan tapa telanjang, ternyata dimasa sekitar 475 tahun yang lalu di Bumi Nusantara telah hadir seorang perempuan yang perkasa dan pemberani serta seorang perempuan yang telah mempunyai sikap perlawanannya terhadap kekuatan asing yang ingin menguasai bumi Nusantara.

Sosok dan perjuangan Kangjeng Ratu Kalinyamat ini mungkin saja menggambarkan satu sosok perempuan yang inspiratif layaknya seorang Kartini, bahkan Ratu Kalinyamat sendiri telah hadir jauh sebelum Pahlawan Wanita Indonesia RA Kartini lahir. Dan entah apa karena kebetulan belaka, Ratu Kalinyamat adalah Penguasa Jepara dimasa lalu sedang RA Kartini juga berasal dari Jepara.


**"Selamat Hari Kartini" **


Semangat bagi perempuan Indonesia. Sukses dalam berkarir namun jangan lupakan kodratmu sebagai seorang Wanita.

BODEN POWELL DAY

"Dengan langkah-langkah kecil, kita bisa menciptakan perubahan besar - pesan yang dipegang teguh oleh Gerakan Pandu Sedunia" Kamis...