Pengajaran dalam kurikulum 2013 dijalankan berdasarkan pendekatan ilmiah
(scientific approach), sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 103 tahun 2014. Pendekatan ini
merupakan bagian integral dari pendekatan pedagogis dalam proses pembelajaran
yang bertujuan untuk menerapkan metode ilmiah. Metode ilmiah merangkum
serangkaian langkah, mulai dari mengumpulkan data melalui observasi atau
eksperimen, mengolah informasi atau data tersebut, menganalisisnya, kemudian
merumuskan dan menguji hipotesis. Menurut Nusfiqon & Nurdyansyah (2015:51),
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya memfokuskan pada pengembangan
keterampilan peserta didik dalam melakukan observasi atau eksperimen, tetapi
juga mengutamakan penguatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam
berinovasi dan berkarya. Pendekatan ilmiah memungkinkan perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan siswa. Secara umum, proses pembelajaran dilakukan
melalui tahap pendahuluan, inti materi, dan penutup.
Dalam
pendekatan saintifik, tahap awal melibatkan kegiatan pendahuluan yang bertujuan
untuk mengokohkan pemahaman peserta didik terhadap pengetahuan dasar yang telah
dikuasai, diikuti dengan pengungkapan tujuan pembelajaran yang merangsang minat
pengetahuan. Minat tersebut menjadi fondasi yang kuat bagi proses pembelajaran
inti. Pada tahap inti, peserta didik terlibat dalam proses belajar dengan
menggunakan metode ilmiah. Untuk memastikan bahwa pembelajaran inti memiliki
arah dan makna, pendidik harus merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) secara terstruktur sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dalam
kerangka tersebut, peserta didik diarahkan dan dibimbing untuk membangun pengetahuan,
sikap, dan keterampilan melalui observasi, pengajuan pertanyaan, penalaran,
percobaan, dan komunikasi. Pada tahap penutup, siswa diarahkan untuk menguji
keabsahan temuan mereka dan memperkaya materi yang telah dipelajari. Sani
(2017:53) menjelaskan lima tahapan pendekatan saintifik yang sesuai dengan
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, yakni (1) observasi; (2) pengajuan pertanyaan; (3)
eksperimen/pengumpulan informasi; (4) penalaran/asosiasi; (5) dan pembentukan
jaringan/komunikasi. Tahapan-tahapan ini dapat ditambahkan dengan elemen
penciptaan. Walaupun tahapan pendekatan saintifik tidak harus dilaksanakan
secara berurutan, ia dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan
diakui. Di bawah ini disajikan uraian mengenai langkah-langkah pembelajaran
dengan pendekatan saintifik (diadaptasi dari Sufairoh, 2016:121-122).
1. Mengamati,
adalah aktivitas mengenali suatu objek dengan menggunakan indera seperti
penglihatan (membaca, mendengarkan), penciuman, pendengaran, pengecapan, dan
perabaan. Pengamatan ini dapat terjadi baik dengan atau tanpa alat bantu,
dengan tujuan agar siswa mampu mengenali suatu permasalahan.
2. Menanya, adalah aktivitas menyuarakan suatu hal yang ingin dipahaminya, entah itu
terkait dengan suatu objek, peristiwa, atau proses tertentu. Pertanyaan dapat
diajukan secara lisan atau tertulis, dan bisa berbentuk pertanyaan langsung
atau dugaan hipotesis. Ini bertujuan agar siswa mampu merumuskan permasalahan
dan hipotesis.
3. Mengumpulkan data,
merupakan kegiatan mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan
disimpulkan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membaca buku, observasi
lapangan, uji coba, wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain, sehingga
siswa dapat menguji hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.
4. Mengasosiasi, merupakan proses mengelaborasi data melalui serangkaian tindakan fisik dan
mental dengan dukungan alat bantu khusus. Pengelaborasian data dapat mencakup
tindakan seperti menggolongkan, menyusun berurutan, melakukan perhitungan,
mempartisi, dan menyusun informasi ke dalam format yang lebih informatif.
Selain itu, juga melibatkan identifikasi sumber data agar menghasilkan makna
yang lebih signifikan. Bentuk dari pengelaborasian data dapat berupa tabel,
grafik, diagram, peta konsep, operasi perhitungan, dan proses pemodelan.
Setelah itu, siswa melakukan analisis terhadap data untuk membandingkan atau
menemukan keterkaitan antara data yang telah dielaborasi dengan teori yang ada.
Hal ini bertujuan untuk mencapai kesimpulan yang relevan.
5. Mengkomunikasikan, merupakan tindakan siswa dalam menjelaskan dan mengkomunikasikan hasil penemuan
mereka dari proses pengamatan, pemberian pertanyaan, pengumpulan dan pengolahan
data, serta pembentukan hubungan yang ditujukan kepada audiens lain, baik
melalui ucapan maupun tulisan, yang dapat diwujudkan dalam bentuk diagram,
grafik, gambar, dan bentuk visual lainnya, dengan bantuan peralatan teknologi
yang sederhana atau teknologi informasi dan komunikasi.
Pendekatan ilmiah itu sendiri merujuk pada
suatu metode atau langkah-langkah teratur yang diperlukan untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah. Pendekatan ini berdasarkan pada pengamatan indera dan
melibatkan pengujian hipotesis serta teori dalam pengaturan yang terkendali
(Sudarminta, 2002: 164). Melalui penggunaan model pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan ilmiah, akan dihasilkan hasil belajar (siswa) dengan
kemampuan intelektual dan karakter yang positif.
Pendekatan ilmiah yang berakar pada
pemahaman konstruktivis, menitikberatkan pada siswa sebagai pusat pembelajaran
(student centered learning), serta fokus pada kerja kelompok, diharapkan dapat
mengoptimalkan proses belajar dan hasil akhir siswa. Beberapa contoh model
pembelajaran yang berpegang pada pendekatan ilmiah ini meliputi model
pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran berbasis proyek, model
pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran lainnya.
*Lebih lanjut secara teknis dapat memahami model-model
pembelajaran ilmiah.